LENTERAMERAH – Saham Chengdu Aircraft melonjak tajam setelah laporan keberhasilan jet tempur Pakistan menembak jatuh beberapa jet tempur India dengan menggunakan pesawat buatan Tiongkok, J-10C dan JF-17. 

Di Bursa Shenzhen (SZSE), saham Chengdu Aircraft Corporation (CAC) tercatat naik 11,85 persen dan sempat menyentuh angka tertinggi 71,08 yuan Tiongkok (CNY) dari harga pembukaan 58,00 CNY.

Kenaikan nilai Saham Chengdu Aircraft ini dipicu oleh laporan bahwa Angkatan Udara Pakistan (PAF) menggunakan J-10C dan JF-17 Thunder.

Ini merupakan dua jenis jet yang diproduksi oleh CAC—untuk menjatuhkan empat jet tempur Rafale milik India dalam sebuah bentrokan udara di sepanjang Garis Kendali (LoC). Insiden ini mempertegas eskalasi militer antara kedua negara.

Lonjakan emiten berkode CAC ini dibagikan oleh sejumlah pengguna X yang memposting grafik pergerakannya secara real-time. CAC sendiri merupakan anak usaha dari Aviation Industry Corporation of China (AVIC), dan menjadi ujung tombak ekspor jet tempur China ke pasar global, termasuk ke Pakistan.

Menurut laporan The Pinnacle Gazette, lonjakan ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap kemampuan teknologi militer buatan China, terutama di tengah ketegangan kawasan Asia Selatan.

Sebaliknya, stock Dassault Aviation—pabrikan jet Rafale asal Prancis—mengalami penurunan sebesar 1,84 persen dan ditutup di $368,04, menurut data dari MarketWatch.

EurAsian Times (8 Mei 2025) melaporkan bahwa keberhasilan PAF didukung oleh radar AESA canggih dan rudal Beyond-Visual-Range (BVR) PL-15 yang terpasang pada J-10C.

Rudal PL-15E dengan jangkauan hingga 150 km dianggap sebagai salah satu faktor kunci dalam operasi tersebut, meskipun militer India membantah klaim keberhasilan tersebut karena tidak adanya bukti konkret.

Sementara puing-puing rudal PL-15E ditemukan di wilayah Hoshiarpur, India, belum ada konfirmasi bahwa rudal tersebut benar-benar menghantam sasaran.

Namun, Menteri Luar Negeri Pakistan, Ishaq Dar, telah mengonfirmasi kepada CNBC bahwa J-10C digunakan dalam operasi ini.

Peristiwa ini memberikan dampak besar pada pasar saham sektor pertahanan. Tidak hanya CAC yang menikmati lonjakan nilai, saham perusahaan pertahanan China lainnya seperti AVIC Aerospace juga mencatat kenaikan lebih dari 6 persen di bursa Hong Kong.

Ini menandakan meningkatnya pengaruh ekspor senjata China dalam konstelasi militer global.Sebaliknya, penurunan nilai saham Dassault Aviation menjadi pukulan bagi reputasi jet Rafale yang sebelumnya banyak dipuji karena penjualan ekspornya.

Laporan TechI (7 Mei 2025) juga menyoroti peran sistem pertahanan HQ-9B milik Pakistan sebagai pelengkap kekuatan udara negara tersebut. ***