LENTERAMERAH –
Program Sekolah Rakyat yang digagas Presiden Prabowo Subianto bukan sekadar menghadirkan pendidikan gratis bagi anak-anak dari keluarga miskin kategori desil 1 dan 2. Di balik sistem berasrama yang diterapkan, program ini menanamkan nilai penting: toleransi antarumat beragama.
Di sekolah ini, anak-anak dari berbagai daerah dan latar belakang belajar, tinggal, dan tumbuh bersama. Keberagaman mereka menjadi warna yang memperkaya proses belajar, bukan sekadar latar sosial yang berbeda.
Belajar Hidup Bersama dalam Perbedaan
Sekolah Rakyat dirancang bukan hanya sebagai lembaga pendidikan formal, tetapi juga ruang perjumpaan anak-anak bangsa. Di setiap sekolah, tersedia ruang ibadah untuk masing-masing agama, memastikan setiap siswa dapat menjalankan keyakinannya dengan tenang.
Kepala Sekolah Rakyat Muda Asrama (SRMA) 17 Surakarta, Septhina Shinta Sari, mengatakan toleransi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari di sekolah.
“Kami tidak mengajarkan toleransi lewat teori, tapi lewat kebiasaan hidup bersama. Anak-anak belajar saling menghargai dari hal-hal kecil,” ujarnya.
Bagi Septhina, kebersamaan itu menjadi fondasi karakter yang membentuk semangat kebangsaan. “Sekolah ini bukan hanya tempat belajar, tapi tempat membangun manusia Indonesia seutuhnya,” katanya.
Enik, Cermin Harmoni di Tengah Keberagaman
Di Sekolah Rakyat Banyuwangi, nilai-nilai kebersamaan tampak nyata. Enik, siswi beragama Hindu, tumbuh di lingkungan yang mayoritas berbeda keyakinan. Namun, perbedaan itu tak menjadi sekat, melainkan sumber pelajaran tentang saling menghormati.
“Kami hidup rukun. Teman-teman menghormati saat saya sembahyang, begitu juga sebaliknya. Keberagaman membuat kami saling mengenal lebih dekat,” tutur Enik.
Para pengajar di sekolah itu percaya, toleransi bukan slogan, tetapi praktik hidup yang harus ditanamkan sejak dini. “Anak-anak di sini belajar bahwa menghargai orang lain adalah bagian dari kecerdasan sosial,” kata salah satu guru.
Pendidikan yang Membentuk Karakter
Kehidupan di asrama membuat para siswa belajar tentang tanggung jawab, kerja sama, dan empati. Mereka tak hanya diajarkan pelajaran akademik, tetapi juga bagaimana menghadapi perbedaan dengan hati terbuka.
Sekolah Rakyat menunjukkan bahwa pendidikan bisa menjadi sarana membangun karakter bangsa yang beradab dan inklusif.
Nilai toleransi yang dipraktikkan di sekolah ini menjadi bekal penting bagi generasi muda untuk menghadapi dunia yang semakin kompleks.
Sekolah Rakyat berdiri bukan semata sebagai program pendidikan gratis, melainkan sebagai gerakan sosial dan kebangsaan.
Di tempat inilah nilai toleransi, gotong royong, dan cinta tanah air tumbuh bersama. Dari asrama-asrama sederhana itu, lahir harapan baru tentang masa depan Indonesia yang lebih adil, terbuka, dan penuh empati. ***




