LENTERAMERAH – Israel bom Lebanon Selatan dan menghancurkan pabrik bahan bangunan, pabrik aspal serta tangki bahan bakar dalam serangan udara yang kembali mengguncang wilayah perbatasan.
Dalam waktu kurang dari tiga puluh menit, lebih dari dua puluh lokasi hancur, termasuk fasilitas yang selama ini menjadi tulang punggung rekonstruksi pascaperang di Lebanon Selatan.
Menurut laporan L’Orient, ledakan besar terdengar hingga Saida, sementara jet tempur Israel terbang rendah di atas pesisir Zahrani. Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan sedikitnya enam orang terluka—satu di Bnaafoul dan lima di Ansar—ketika tim pertahanan sipil berjuang memadamkan kebakaran yang ditimbulkan oleh serangan tersebut.
Seorang warga Adloun menggambarkan, “Serangan itu menerangi langit dan terjadi berturut-turut; pesawat-pesawat terbang begitu rendah hingga tampak menyentuh rumah.”
Presiden Lebanon Joseph Aoun menilai agresi Israel terhadap wilayah selatan merupakan bagian dari “kebijakan yang bertujuan menghancurkan struktur produksi dan menghambat pemulihan ekonomi.”
Ia menambahkan bahwa serangan itu menarget “pilar ekonomi rakyat di wilayah selatan yang tengah berupaya bangkit.”
Pernyataan militer Israel menyebut bahwa pesawat tempur mereka menargetkan “infrastruktur Hezbollah dan organisasi Green Without Borders,” dengan tudingan bahwa pabrik bahan bangunan dan pabrik aspal yang dihancurkan digunakan untuk membangun “fasilitas teroris.”
Juru bicara militer Israel Avichay Adraee mengatakan bahwa situs-situs itu adalah “upaya Hezbollah untuk membangun kembali di bawah kedok sipil.”
Namun laporan lapangan menunjukkan sebagian besar target merupakan fasilitas milik perusahaan konstruksi swasta dan lembaga publik. Di antaranya adalah tangki solar milik Southern Lebanon Water Institution, yang hancur akibat serangan dan menyebabkan hilangnya sekitar setengah juta liter bahan bakar. Solar tersebut digunakan untuk mengoperasikan generator air dan sumur di desa-desa selatan.
Sebelumnya, Israel bom Lebanon Selatan juga menghancurkan sekitar 300 alat berat seperti bulldozer dan bobcat yang digunakan untuk proyek rekonstruksi. Laporan pemantau independen mencatat sedikitnya 2.740 pelanggaran sejak gencatan senjata diumumkan pada akhir 2024. Dalam laporan Juli 2025, tentara Israel mengakui telah melancarkan sekitar 500 serangan udara di periode tersebut.
Data dari Euro-Med Human Rights Monitor menunjukkan bahwa hanya dalam dua hari pertama setelah gencatan senjata, terjadi 18 pelanggaran. Sementara itu, Al Jazeera melalui Sanad Agency mendokumentasikan lebih dari 30 serangan darat dan udara hingga akhir Januari 2025.
Di banyak desa di Lebanon Selatan, rumah-rumah yang telah rata dengan tanah belum sempat dibangun kembali. Warga yang kehilangan tempat tinggal masih hidup di tenda sementara, sementara fasilitas publik yang tersisa terus menjadi sasaran bombardir berulang. ***