LENTERAMERAH — Situs nuklir Fordow di Iran menjadi pusat perhatian dunia setelah menjadi target serangan udara pada 22 Juni 2025. Serangan ini melibatkan penggunaan bom GBU-57, senjata anti-bunker milik Amerika Serikat, yang dirancang untuk menghancurkan fasilitas bawah tanah. Ajaibnya, bom penghancur bunker ini gagal menjangkau target sedalam Fordow.
Benteng Nuklir di Perut Gunung
Situs nuklir Fordow bukan fasilitas sembarangan. Berlokasi di dalam gunung di wilayah Qom, Iran, situs ini dibangun khusus untuk menahan serangan udara berteknologi tinggi. Beberapa laporan menyebutkan bahwa bagian utama fasilitas berada lebih dari 80 meter di bawah permukaan tanah, dilindungi oleh lapisan beton bertulang dengan kekuatan tekan hingga 30.000 psi (210 MPa).
Iran menyebut situs ini sebagai jantung pertahanan program nuklirnya, dan telah memindahkan aktivitas pengayaan uranium tingkat tinggi ke fasilitas tersebut dalam beberapa tahun terakhir, menjadikannya salah satu target paling strategis sekaligus paling sulit dijangkau.
Kekuatan GBU-57 dan Batasnya
Bom GBU-57, atau Massive Ordnance Penetrator, memiliki reputasi sebagai bom non-nuklir paling kuat dalam arsenal AS. Dengan berat total lebih dari 13 ton dan mengandung lebih dari 2,4 ton bahan peledak, bom ini dirancang untuk menembus lapisan beton tebal dan tanah keras sebelum meledak di dalam target.
Dalam kondisi ideal, GBU-57 mampu menembus hingga 60 meter tanah atau sekitar 25 meter beton bertulang. Beberapa sumber menyebutkan kemampuan bisa ditingkatkan hingga 90 meter dengan menjatuhkan beberapa bom secara berurutan di titik yang sama, namun praktik ini memiliki tingkat kerumitan operasional tinggi dan belum pernah diuji dalam situasi tempur nyata.
Serangan 22 Juni dan Hasil yang di Ragukan
Laporan menyebutkan enam bom dijatuhkan di Fordow pada 22 Juni 2025, dilakukan oleh pesawat B-2 Spirit milik Angkatan Udara AS—satu-satunya pesawat yang bisa membawa GBU-57 secara operasional.
Dalam keterangan resminya, Iran menyebut situs tersebut alami kerusakan minimalis. Hal ini membuktikan bahwa bom GBU-57 tidak cukup menembus benteng bawah tanah Fordow secara penuh, atau bahwa serangan hanya mengenai bagian luar dan tidak menjangkau inti fasilitas.
Bunker Terlalu Dalam, Beton Terlalu Kuat
Para analis militer menyebut bahwa struktur Fordow terlalu dalam dan terlalu kuat untuk dihancurkan dengan hanya satu atau dua bom GBU-57. Bahkan jika bom mencapai kedalaman signifikan, tanpa fuze yang presisi untuk meledak tepat di ruang reaktor atau ruang pengayaan, efek kerusakannya bisa terbatas.
Selain itu, kemungkinan Iran menggunakan teknik defleksi desain, seperti ruang kosong, jalur palsu, atau struktur pelindung berlapis, bisa menyebabkan bom meledak di lokasi yang tidak optimal—mengurangi efektivitas destruksi.
Dilema Militer AS, Serang Lagi atau Cari Cara Lain
Jika GBU-57 gagal menghancurkan Fordow sepenuhnya, maka Pentagon menghadapi dilema: apakah akan mengulang serangan dengan risiko eskalasi, atau mencari alternatif seperti sabotase siber, operasi pasukan khusus, atau bahkan opsi nuklir terbatas—yang secara politis dan diplomatik sangat berisiko.
Satu hal yang jelas: Fordow dibangun bukan hanya untuk melindungi program pengayaan nuklir Iran, tapi juga untuk menguji batas kemampuan serangan presisi Amerika. ***