Penulis: Milosche Al-Meir Zada Luthsa
LENTERAMERAH – Pada 26-27 Juni lalu, para pemimpin negara-negara anggota Uni Ekonomi Eurasia (EAEU) berkumpul di Minsk, Belarus, untuk membahas kerja sama ekonomi kawasan. Pertemuan tingkat tinggi ini menandai satu dekade berdirinya EAEU. Saya tidak akan menulis tentang organisasi ini, namun mengenai pengalaman pertama saya mengenal entitas regional yang luar biasa ini.
Siapa yang belum mengetahui apa itu EAEU? EAEU adalah semacam organisasi kerja sama ekonomi kawasan Eurasia yang dibentuk pada tahun 2015 silam. Negara anggota organisasi ini ialah Rusia, Belarus, Kirgistan, Kazakhstan dan Armenia. EAEU dibuat agar terciptanya pasar bebas di antara negara negara anggota organisasi tersebut.
Sebagai perserikatan ekonomi yang berusaha mewujudkan pasar bebas, EAEU menghapus tarif dalam perdagangan antara negara negara anggota nya. Mereka juga menerapkan kerjasama di berbagai sektor seperti energi, transportasi hingga perdagangan luar negeri.
Nah, pada 29 Mei 2025 yang lalu pusat kebudayaan Rusia atau Russian House merayakan peringatan penandatangan organisasi ekonomi itu. Russian House sendiri berlokasi di depan Danau Lembang tepatnya di Jalan Lembang, Menteng.
Informasi yang aku peroleh, tempat ini menjadi kantor sementara entitas ini dikarenakan lokasi yang lama (di Jl Diponegoro) tengah di renovasi. Russian House tidak terlalu besar, namun tempatnya cukup nyaman. Ketika masuk kita akan disambut dengan bendera Rusia beserta foto Vladimir Putin.
Di dalamnya juga banyak foto foto pertemuan yang dihadiri oleh presiden Rusia yang merupakan mantan anggota KGB (dinas rahasia Uni Soviet). Salah satu foto yang ada disana ada foto yang diambil ketika pertemuan EAEU 2023 yang lalu.
“Jadwal pertemuan EAEU sendiri yang diadakan setiap tahun juga tidak tetap karena pertemuan itu juga harus menyesuaikan jadwal para pemimpin negara anggota tersebut,” ujar Duta Besar Belarus Raman Ramanouski, kepadaku saat itu, 29 Mei 2025.
Itulah pengalaman pertamaku dan juga merupakan tulisan pertamaku. Tapi ini bukanlah yang terakhir, seperti yang dikatakan oleh Pramoedya Ananta Toer, “menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Sampai jumpa di artikel aku selanjutnya. ***