LENTERAMERAH – Dulu, kalau bicara robot bedah, dunia hanya kenal satu nama: da Vinci, buatan perusahaan AS, Intuitive Surgical. Tapi kini, pendatang baru muncul dari China Toumai tantang da Vinci, ini adalah robot bedah pintar buatan MicroPort MedBot dari China.
Secara teknologi, Toumai tak bisa diremehkan. Robot ini punya empat lengan fleksibel, dilengkapi kecerdasan buatan yang membaca gambar organ secara real-time, dan sistem stabilisasi yang menghilangkan tremor tangan manusia. Hasilnya, tingkat akurasi robot ini mencapai 0,3 mm—level presisi yang hanya bisa dicapai oleh sistem kelas dunia seperti da Vinci.
Namun keunggulan utama Toumai bukan cuma presisi. Yang bikin geger industri adalah harganya. Jika da Vinci bisa menelan biaya jutaan dolar dan hanya rumah sakit elite yang mampu membelinya, Toumai justru dirancang agar lebih terjangkau dan bisa diproduksi massal. Rumah sakit di kota kecil, bahkan di negara berkembang, bisa mulai bermimpi punya robot bedah sendiri.
Dari sisi performa klinis, Toumai sudah diuji dalam lebih dari 250 operasi nyata, termasuk operasi jarak jauh dari Prancis ke Maroko dan dari Chengdu ke Lhasa. Semua berjalan mulus. Bahkan dalam uji banding operasi paru di Tiongkok, hasil Toumai setara dengan da Vinci dalam hal keamanan dan efektivitas—tapi dengan biaya yang jauh lebih hemat.
China tak main-main. Pemerintahnya mendorong ekspansi Toumai lewat strategi nasional dan insentif ekspor. Di sisi lain, MicroPort bergerak cepat menyasar pasar Uni Eropa, Afrika Utara, dan Asia Tenggara. Da Vinci yang selama ini jadi standar emas, mulai terlihat ketinggalan dalam hal kecepatan inovasi dan penetrasi pasar global.
Pasar robot bedah global diprediksi akan tembus USD 38 miliar dalam dua tahun ke depan. Di tengah pertumbuhan ini, kehadiran pemain baru seperti Toumai bisa mengubah peta persaingan. Sekarang pertanyaannya bukan lagi siapa yang paling canggih, tapi siapa yang paling siap dipakai dunia. ***