LENTERAMERAH – China kritik keras serangan Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas nuklir Iran. Kritik ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, dalam pidatonya kepada perwakilan Uni Eropa di Prancis pada 4 Juli 2025.
Pada akhir Juni 2025, militer AS melancarkan serangan udara ke dua situs penting milik Iran—Natanz dan Isfahan—yang dikenal sebagai pusat program nuklir negara tersebut. AS mengklaim operasi itu sebagai langkah untuk menunda perkembangan senjata nuklir Iran.
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, dalam pidato publiknya, menyampaikan kritik terbuka terhadap tindakan AS di Iran. Ia menyebut serangan tersebut sebagai bentuk pelanggaran terhadap hukum internasional dan ancaman serius terhadap stabilitas global.
“Amerika Serikat dengan brutal membombardir fasilitas nuklir sebuah negara berdaulat. Negara-negara yang lemah, terutama negara kecil dan menengah, apakah mereka hanya bisa disajikan di atas meja (sebagai santapan)?” ujar Wang Yi.
Wang menambahkan, jika tindakan seperti ini dibiarkan, maka risiko bencana nuklir tidak bisa dihindari dan seluruh dunia akan menanggung dampaknya.
Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Wang Yi dalam forum dialog tingkat tinggi bersama perwakilan Uni Eropa di Prancis, pada Jumat, 4 Juli 2025.
China melihat serangan AS sebagai bentuk intervensi sepihak tanpa mandat dari Dewan Keamanan PBB. Selain itu, China menilai tindakan tersebut memperlihatkan standar ganda: AS dan Israel tetap tidak tersentuh meski memiliki kemampuan nuklir, sementara negara lain ditekan dengan sanksi dan kekerasan.
China juga mengingatkan bahwa tindakan militer terhadap fasilitas nuklir menimbulkan risiko krisis kemanusiaan dan lingkungan yang tidak terbatas pada wilayah konflik.
Iran membalas serangan itu dengan meluncurkan rudal ke beberapa pangkalan militer AS di kawasan Timur Tengah. Meskipun tidak menimbulkan kerusakan besar, langkah ini meningkatkan ketegangan regional dan memperdalam konflik antara Washington dan Teheran.
Serangan ini memunculkan kekhawatiran luas mengenai perlombaan senjata nuklir baru, seperti yang dilaporkan oleh Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI). Negara-negara besar seperti AS, Rusia, China, India, dan Pakistan disebut terus memperkuat program nuklir mereka. ***