Abaikan Kemanusiaan, Israel Sebut Perang Gaza Kemenangan Strategis

Krisis kemanusiaan di Gaza kontras dengan klaim kemenangan strategis Israel yang disampaikan Yaakov Amidror.
Warga Gaza berebut bantuan makanan, Yaakov Amidror, dan kamp pengungsian perang Gaza.
Warga Gaza berebut bantuan makanan di tengah perang Gaza, potret Mayor Jenderal (Purn.) Yaakov Amidror, dan kamp pengungsian yang padat akibat serangan militer Israel.

LENTERAMERAH – Mantan Penasihat Keamanan Nasional Israel, Mayor Jenderal (Purn.) Yaakov Amidror, memuji perang Gaza sebagai kemenangan strategis. Dalam wawancara dengan Haaretz, ia mengklaim Israel “mengelola perang dengan sangat bijak” sejak 7 Oktober, meski bombardir dan pengepungan telah melumpuhkan kehidupan jutaan warga sipil dan membuat Gaza seperti Ghetto warsawa di era Nazi.

“Kami membongkar Hamas sebagai organisasi militer. Mereka hanya tersisa dalam bentuk sel-sel kecil,” kata Amidror. Ia menyebut keberhasilan Operasi Pager melumpuhkan Hizbullah, runtuhnya rezim Suriah, hingga perang 12 hari di Iran sebagai bukti posisi Israel semakin kuat. Pernyataan itu menggarisbawahi pola operasi militer Israel yang meluas ke berbagai front.

Meski mengakui Hamas kini jauh lebih lemah, Amidror menolak menghentikan operasi di Gaza. “Kami tidak bisa hanya mengumumkan kemenangan dan pergi. Hamas akan pulih,” ujarnya. Ia memperkirakan enam bulan untuk merebut 25% wilayah Gaza yang tersisa—wilayah yang saat ini masih dihuni warga sipil dan menyimpan para sandera.

Ia juga mengabaikan laporan krisis kemanusiaan. “Tidak ada kelaparan di Gaza. Jika ada orang lapar, itu karena Hamas mengambil bantuan dan memberikannya kepada kelompok mereka,” katanya yang bertolak belakang dengan yang ada di lapangan. 

Klaim ini berlawanan dengan peringatan PBB dan organisasi kemanusiaan yang menyebut blokade Israel menghambat distribusi pangan, air dan obat-obatan.

Terkait masa depan Gaza, Amidror mendorong skema “Model Lebanon”—struktur sipil formal di permukaan, namun kendali tetap di tangan kelompok bersenjata yang bersekutu dengan Israel. 

Ia juga menegaskan pentingnya perimeter steril satu kilometer di perbatasan dan menuding Saudi tidak akan membiayai pembangunan Gaza jika Hamas tetap ada.

Terhadap tekanan internasional, Amidror memilih meremehkan. Ia memuji sikap AS di bawah Donald Trump yang belum menekan Israel untuk menghentikan perang, dan menyebut Eropa tidak relevan. “Eropa tidak banyak membantu kita dalam perang ini — tidak di Gaza, tidak di Lebanon, tidak di Iran dan tidak dalam mengatasi dampak perang,” tutupnya. ***