Ibu Bunuh Diri Bareng Dua Anak, Kemiskinan Nyata di Sekitar Kita

Tragedi ibu di Bandung yang bunuh diri bersama dua anaknya karena himpitan ekonomi menegaskan bahwa kemiskinan bukan data, tapi derita nyata yang hadir di tengah masyarakat Indonesia.
Seorang ibu bunuh diri bersama dua anaknya di Bandung. Aksi tragis ini jadi potret mengenaskan wajah kemiskinan yang masih mencengkeram Indonesia.
Kasus ibu bunuh diri di Bandung ungkap wajah nyata kemiskinan. Ketimpangan struktural dorong keputusasaan. Kemiskinan tak lagi soal statistik, tapi nyawa.

LENTERAMERAH – Tragedi memilukan akibat kemiskinan terjadi di Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Seorang ibu berinisial EN (34) ditemukan bunuh diri dengan cara gantung diri setelah terlebih dahulu meracuni dua anak kandungnya, AA (6) dan AAP (11 bulan). 

Peristiwa tersebut terjadi pada Jumat dini hari, 5 September 2025, di kontrakan tempat mereka tinggal. Suaminya, Yadi Suryadi (35), yang baru pulang dari luar kota, mendapati rumah terkunci dari dalam dan menemukan ketiganya sudah tak bernyawa.

Warga sekitar turut membantu membuka pintu rumah setelah mendengar teriakan sang suami. Polisi yang tiba di lokasi memastikan tidak ada tanda kekerasan fisik atau luka terbuka di tubuh korban. Jendela dan pintu terkunci dari dalam, menandakan peristiwa ini dilakukan secara sadar oleh sang ibu.

Surat Wasiat: Tanda Tekanan Hidup Tak Tertahankan

Di lokasi kejadian, ditemukan secarik kertas bertuliskan pesan terakhir EN kepada suaminya. Surat itu menempel di dinding ruang tengah. Di dalamnya, EN menyampaikan keputusasaan karena tekanan hidup. 

Ia merasa tidak mampu lagi bertahan dalam kemiskinan yang semakin mencekik. Polisi memastikan kasus ibu bunih diri ini bukan pembunuhan dari luar, melainkan melibatkan seluruh anggota keluarga.

Data Bank Dunia: Kemiskinan Menjerat 194 Juta Jiwa

Tragedi Kemiskinan ibu bunuh diri ini kembali menegaskan kenyataan pahit tentang kemiskinan di Indonesia. Data Bank Dunia tahun 2025 mencatat sekitar 194,4 juta warga Indonesia—sekitar 68% populasi—hidup dalam kondisi miskin dan rentan miskin. 

Laporan itu menyebut empat akar ketimpangan yang terus berlangsung: ketimpangan sejak lahir, pasar kerja tidak setara, konsentrasi kekayaan di elite atas, serta lemahnya perlindungan sosial.

Lingkaran Setan Kemiskinan yang Tak Terputus

Anak-anak dari keluarga miskin lahir di lingkungan tertinggal, dengan pendidikan orang tua yang rendah dan akses terbatas ke fasilitas dasar. Mereka lalu tumbuh menjadi pekerja informal dengan upah kecil dan kembali menjadi orang tua miskin. Tragedi EN dan kedua anaknya merupakan gambaran nyata dari sistem yang gagal memutus lingkaran setan ini.

Kemiskinan Itu Sunyi, Hingga Menjadi Jeritan Kematian

Kasus kemiskinan dan ibu bunuh diri bersama anak di Bandung bukan hanya soal psikologis, tapi bukti telanjang tentang beban ekonomi yang tak tertangani. Sementara negara bicara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, sebagian warganya diam-diam menyerah—tanpa suara, tanpa perlindungan, dan tanpa harapan. ***