FAI: Bahlil Jangan Kibuli Presiden, ini 5 Dampak Buruk Monopoli Impor Minyak Pertamina

Monopoli impor minyak Pertamina disebut FAI bikin SPBU swasta bangkrut, investor kabur, hingga mafia migas makin leluasa. Presiden diminta segera bertindak.
FAI memperingatkan Bahlil Lahadalia agar tak kibuli Presiden dengan monopoli impor minyak Pertamina. Kebijakan ini dinilai merugikan konsumen, swasta, dan iklim investasi.
FAI memperingatkan Bahlil Lahadalia agar tak kibuli Presiden dengan monopoli impor minyak Pertamina. Kebijakan ini dinilai merugikan konsumen, swasta, dan iklim investasi.

LENTERAMERAH– Presidium Forum Aktivis Indonesia (FAI) Ramadhan Isa mewanti-wanti Menteri ESDM Bahlil Lahadalia agar tidak mempertahankan kebijakan monopoli impor minyak Pertamina.

Kebijakan ini telah membuat bangkrut SPBU swasta yang saat ini tengah dipaksa kementerian untuk mengikuti monopoli impor minyak Pertamina.

“Bayangkan, SPBU swasta dipaksa mengambil minyak dari Pertamina sampai banyak yang gulung tikar. Kebijakan seperti ini bukan hanya membunuh investor, tapi juga menunjukkan negara justru memelihara mafia migas,” ujar aktivis yang biasa disapa Dhani, Jumat (19/9).

Menurut Koordinator Nasional Poros Muda NU ini, terdapat lima dampak buruk jika monopoli impor minyak dikembalikan ke Pertamina. Pertama dampak ke konsumen, “opsi alternatif seperti promo, kualitas layanan atau inovasi produk dari SPBU swasta, menjadi hilang. Terlebih legitimasi Pertamina sebagai penyedia BBM berkualias sudah tergerus karena kasus BBM oplosan.”

Kedua, dampak pada pelaku usaha swasta, “SPBU asing yang sudah berinvestasi besar bisa merasa dipaksa menjadi “subordinat” Pertamina. Banyak yang bisa hengkang, meninggalkan stranded asset, dan menimbulkan kerugian besar. Ini akan menurunkan minat investor baru untuk masuk ke sektor energi Indonesia.”

Ketiga, kredibilitas pemerintah, “kebijakan impor satu pintu menimbulkan citra pemerintah inkonsisten. Selama ini Indonesia menjanjikan pasar terbuka dan ramah investasi, tapi prakteknya justru memelihara monopoli.”

Keempat, stabilitas ekonomi makro, “jika ini merembet pada terhambatnya investasi baru, akan terjadi multiplier effect dan konsekuensinya pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan akan meleset.”

Dan kelima, tata kelola energi, “adanya monopoli, transparansi distribusi BBM bisa menurun. Risiko munculnya mafia migas dan penyalahgunaan kuota makin besar karena kontrol publik hilang.”

Dhani lebih lanjut mengatakan kewajiban SPBU swasta mengambil minyak dari Pertamina patut dipertanyakan arah dan logikanya. Menurutnya dengan dalih menjaga hajat hidup orang banyak, justru yang terjadi adalah pelemahan iklim persaingan sehat. “Jika SPBU asing hengkang, Pertamina otomatis akan memonopoli tata kelola migas hilir.”

“Padahal kita tahu mafia migas yang membelit Pertamina belum diberantas hingga kini dan masyarakat juga masih alami kerugian akibat kasus pengoplosan BBM,” sambungnya.

Dalam waktu dekat, FAI berencana akan mengadukan kasus ini ke Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). ***