Menjauh dari Politik Nasional, Nurhayati Assegaf Fokus Cetak Perempuan Berkelas Global

Lama tak terdengar di panggung politik nasional, Nurhayati Ali Assegaf kini mengabdikan diri untuk mencetak pemimpin perempuan global. Melalui Nuraa Women’s Institute, ia menanamkan nilai-nilai kepemimpinan dan integritas pada generasi baru—lebih memilih kontribusi senyap daripada sorotan politik.
Nurhayati Ali Assegaf fokus mendorong kepemimpinan perempuan berkelas global.
Nurhayati Ali Assegaf fokus mendorong kepemimpinan perempuan berkelas global.

LENTERAMERAH – Lama tak terdengar kabar, mantan anggota DPR RI Dr. Nurhayati Assegaf saat ini tengah sibuk dengan kegiatan pemberdayaan dan pendidikan perempuan di kancah internasional.

Nurhayati Assegaf yang pernah mendapat julukan perempuan berpengaruh ketiga di Indonesia, sekarang aktif sebagai Presiden Nuraa Women’s Institute yang mendorong partisipasi perempuan dalam dunia politik. 

Ditemui di kantornya di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, perempuan yang pernah menjadi anggota DPR RI selama 3 periode mengaku saat ini tidak memiliki ketertarikan terjun kembali ke politik.

“Passion saya saat ini melahirkan pemimpin-pemimpin perempuan yang mengusung value yang dianut Nuraa Women’s Institute. Saya lebih senang berkontribusi dengan melahirkan banyak pemimpin. Itu kepuasan saya daripada berbicara tentang diri saya sendiri,” ujarnya pada Lentera Merah, Senin (22/9).

Mantan ketua Fraksi Partai Demokrat DPR 2009-2014 ini mengatakan saat ini Indonesia banyak membutuhkan pemimpin perempuan untuk meneduhkan dunia politik Indonesia yang banyak disorot masyarakat sekarang. 

“Perempuan dan laki-laki secara kodrat berbeda, itu sebabnya harus complementary each other, bukan compete. Perempuan harus smart dan cerdas memanfaatkan waktu dan prioritas. Saat ini posisi perempuan seperti piramida, banyak yang dibawah dan hanya sedikit yang ada diatas. Ini yang tengah kami fokuskan,” jelasnya.

Nurhayati mengatakan hingga saat ini lembaga yang dipimpinnya banyak mencetak pemimpin-pemimpin perempuan, “di institusi kami, para peserta yang telah menjadi alumni program masih terus berhubungan dengan kami. Ini karena mentoring skills yang berkelanjutan.”

Ia menyayangkan program leadership yang digelar Nuraa Women’s Institute dalam bahasa Indonesia pesertanya tidak banyak, namun program leadership berbahasa Inggris justru peminatnya membludak dari berbagai negara. Hal ini tidak mengherankan mengingat jajaran board institusi ini banyak diisi oleh expert dari berbagai negara

Nurhayati Assegaf Kagum Sosok SBY dan Ani Yudhoyono

Perempuan yang pernah menjabat sebagai WPL Global Ambassador for Sustainable Development Goals (SDGs) ini mengaku mengagumi Ani Yudhoyono, “beliau tetap menempatkan diri sebagai ibu rumah tangga. Bahkan mulai dari kopi dan pakaian pak SBY, ibu Ani yang langsung turun tangan.” Ia menuturkan, semasa menjabat sebagai Presiden dan SBY mengalami berbagai tantangan, Ani Yudhoyono tidak putus-putus melafalkan Asmaul Husna. 

Di mata Nurhayati, presiden ke-6 SBY merupakan sosok yang baik, cerdas dan berhati lembut, “dalam mengambil keputusan SBY selalu berhitung dengan matang dan melihat dari berbagai perspektif. Karena menurut saya ada nilai-nilai yang harus dijaga.”

Pesan Nurhayati Assegaf untuk Perempuan Sebelum Berpolitik

Nurhayati menyarankan pada perempuan yang berencana terjun ke politik, “jangan langsung terima tawaran. Lihat platform dan rekam jejak partai politik di parlemen.” Menurutnya sebelum terjun, perempuan harus mempersiapkan diri dengan matang dan melakukan peningkatan kapasitas pribadi, “ini akan menjadi bekal yang berharga,” tandasnya. ***