Sekjen Hizbullah: Rencana Gaza Milik Trump Proyek Israel

Sekjen Hizbullah Naim Qassem menuding rencana Gaza Donald Trump sebagai proyek Israel dalam kemasan Amerika. Ia memperingatkan, langkah itu mengancam stabilitas kawasan dan menekan perlawanan Palestina maupun Lebanon.
Naim Qassem kritik rencana Gaza Trump sebagai proyek Israel berbalut Amerika.
Sekjen Hizbullah Naim Qassem menyebut rencana Gaza yang diajukan Donald Trump sarat kepentingan Israel dan berpotensi melemahkan perlawanan Palestina.

LENTERAMERAH – Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem, menyebut bahwa rencana Gaza yang diajukan oleh Donald Trump adalah proyek berbahaya yang sejatinya disusun untuk kepentingan Israel. 

Ia memperingatkan, tidak ada negara yang bisa menganggap dirinya aman dari dampak rencana tersebut. “Langkah sekarang ada di Gaza, tapi menurut perspektif Israel, langkah berikutnya bisa terjadi di tempat lain,” ujarnya.

Menurut Qassem, setiap pihak harus menghadapi ancaman ini dari posisinya masing-masing. Ia menilai proyek tersebut merupakan bagian dari strategi Israel untuk memperluas dominasi kawasan setelah gagal mencapainya lewat perang dan pembantaian.

Draf Rencana Gaza Disesuaikan untuk Israel

Qassem mengungkapkan, rencana itu awalnya dipresentasikan dalam bentuk draf kepada sejumlah negara Arab. 

Netanyahu kemudian melakukan serangkaian pertemuan untuk mengubah isi rencana tersebut agar sepenuhnya menguntungkan Israel, khususnya dalam kerangka proyek “Israel Raya”. 

Beberapa pejabat Arab bahkan mengaku terkejut dengan isi draf itu dan meminta klarifikasi karena menilai rencana tersebut penuh tanda tanya.

Menurut Qassem, ketika pengelolaan Gaza diserahkan kepada pihak internasional dan rakyat kehilangan kendali atas urusan mereka sendiri, maka perjuangan panjang rakyat Palestina menjadi sia-sia. 

Ia menegaskan bahwa rencana Trump sejalan dengan lima prinsip Israel untuk mengakhiri perang, sehingga pada hakikatnya merupakan rencana Israel yang disamarkan dengan wajah Amerika.

Agenda di Balik Rencana Trump

Lebih lanjut, Qassem menyebut empat alasan utama di balik peluncuran rencana itu. Pertama, untuk menyelamatkan citra Israel di tengah kecaman global, terutama di PBB. 

Kedua, untuk meredam gerakan solidaritas pro-Palestina yang meningkat di Amerika dan Eropa. “Rencana ini dibuat untuk melunakkan citra mereka,” ujarnya.

Ia juga menyinggung armada Global Sumud yang berlayar dari berbagai negara sebagai simbol perlawanan moral terhadap Israel, sekaligus memuji Spanyol karena menonjolkan isu kemanusiaan Palestina secara konsisten.

Lebanon di Tengah Badai Agresi Israel

Qassem menegaskan bahwa Lebanon kini berada di jantung badai akibat agresi Israel yang menargetkan anak-anak, insinyur, dan infrastruktur sipil. 

Ia menuduh Amerika Serikat terlibat penuh dalam upaya menekan Hizbullah dan rakyat Lebanon. 

“Mereka mencoba mencapai lewat politik apa yang gagal mereka raih lewat perang, tetapi mereka salah karena kami memiliki dukungan rakyat yang luas,” ujarnya.

Ia juga menegaskan bahwa tidak ada kesetaraan militer antara Hizbullah dan Israel, namun semangat jihad dan pengorbanan rakyat Lebanon menciptakan keseimbangan baru. 

Qassem menutup dengan menekankan pentingnya rekonstruksi pascaperang dan menuntut pemerintah menjalankan komitmennya sesuai pernyataan kabinet. ***