AS Rusia Satu Suara di PBB dalam Voting Resolusi Chornobyl 2025

AS Rusia satu suara di PBB muncul dalam voting resolusi Chornobyl 2025, meski dengan alasan politik yang berbeda.
AS Rusia satu suara di PBB saat menolak resolusi Chornobyl 2025.
AS Rusia satu suara di PBB saat menolak resolusi Chornobyl 2025

LENTERAMERAH – Voting Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa terkait resolusi Chornobyl pada 10 Desember 2025 memunculkan konfigurasi politik yang jarang terjadi. Amerika Serikat dan Rusia tercatat berada pada posisi yang sama dengan sama-sama menolak resolusi A/80/L.27 yang diajukan Ukraina, meskipun latar belakang penolakan kedua negara tersebut berbeda.

Resolusi yang mengusung judul “Strengthening of international cooperation and coordination of efforts to study, understand and overcome the consequences of the Chornobyl disaster” disetujui oleh 97 negara, ditolak oleh delapan negara, dan 39 negara memilih abstain. Dalam daftar penolak, Amerika Serikat tercatat bersama Rusia, China, Belarus, Kuba, Korea Utara, Nikaragua, dan Niger.

Bagi Rusia, penolakan terhadap resolusi tersebut berkaitan langsung dengan bahasa dokumen yang menyebut kerusakan New Safe Confinement Chernobyl akibat serangan drone pada Februari 2025. Moskow menolak tudingan yang mengaitkan kerusakan fasilitas nuklir itu dengan operasi militernya di Ukraina dan menilai resolusi tersebut bersifat politis.

Belarus, yang secara historis juga terdampak bencana Chernobyl 1986, mengajukan draf alternatif yang menghapus referensi terhadap tanggung jawab Rusia serta mempertahankan istilah “Chernobyl”. Usulan tersebut tidak memperoleh dukungan mayoritas dan gugur dalam proses pembahasan Majelis Umum.

Amerika Serikat mengambil posisi penolakan dengan alasan berbeda. Delegasi AS menyatakan keberatan terhadap bagian resolusi yang mengaitkan penanganan dampak Chernobyl dengan Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan. Isu tersebut secara konsisten menjadi titik keberatan Washington dalam berbagai forum PBB, terlepas dari substansi resolusi yang dibahas.

Dengan demikian, AS Rusia satu suara di PBB dalam voting ini tidak mencerminkan kesamaan kepentingan geopolitik. Kedua negara menolak resolusi yang sama, namun berangkat dari pertimbangan politik dan kebijakan luar negeri yang berbeda.

Fenomena ini menarik perhatian karena resolusi tersebut diajukan oleh Ukraina dan memuat isu sensitif terkait konflik yang sedang berlangsung. Dalam banyak voting sebelumnya, Amerika Serikat hampir selalu berada di barisan negara pendukung Ukraina, sementara Rusia berada di kubu penentang.

Konfigurasi voting kali ini menunjukkan bahwa dinamika Majelis Umum PBB tidak selalu mengikuti garis blok geopolitik yang kaku. Dalam isu tertentu, perbedaan redaksional dan kerangka normatif dalam dokumen PBB dapat menghasilkan posisi yang beririsan, meski tanpa adanya koordinasi politik antarnegara.

Daftar negara yang menolak resolusi Chernobyl 2025 kemudian menjadi bahan diskusi di kalangan diplomat dan pengamat hubungan internasional, terutama karena menempatkan Amerika Serikat dan Rusia dalam kolom yang sama pada papan hasil voting Majelis Umum. ***