LENTERAMERAH – Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mengesahkan resolusi terkait bencana nuklir Chornobyl melalui voting PBB Chernobyl 2025 yang digelar pada 10 Desember 2025. Resolusi bernomor A/80/L.27 tersebut disetujui oleh 97 negara, ditolak oleh delapan negara, dan 39 negara lainnya memilih abstain. Indonesia dilaporkan menerima.
Resolusi berjudul “Strengthening of international cooperation and coordination of efforts to study, understand and overcome the consequences of the Chornobyl disaster” diajukan oleh Ukraina bersama sejumlah negara pendukung. Dokumen ini menegaskan kembali perlunya kerja sama internasional berkelanjutan untuk menangani dampak jangka panjang bencana nuklir 1986.
Dalam pemungutan suara tersebut, delapan negara yang menolak adalah Belarus, China, Kuba, Korea Utara, Nikaragua, Niger, Rusia, dan Amerika Serikat. Komposisi penolak ini menarik perhatian karena memperlihatkan konfigurasi yang jarang terjadi dalam voting Majelis Umum PBB, terutama terkait isu Ukraina.
Resolusi A/80/L.27 memuat sejumlah poin baru dibandingkan resolusi-resolusi sebelumnya. Salah satu poin utama adalah ungkapan keprihatinan serius atas kerusakan New Safe Confinement, struktur pelindung reaktor nomor empat Chornobyl, yang dilaporkan mengalami kerusakan akibat serangan drone pada Februari 2025. Ukraina menuding serangan tersebut dilakukan oleh Rusia, sementara Moskow membantah tuduhan tersebut.
Dokumen ini juga secara resmi mengadopsi penggunaan istilah “Chornobyl” sebagai ejaan standar dalam dokumen PBB, menggantikan istilah “Chernobyl” yang selama ini digunakan. Perubahan terminologi ini mengikuti transliterasi bahasa Ukraina dan akan diterapkan dalam seluruh dokumen resmi PBB, termasuk Hari Peringatan Internasional Bencana Chornobyl setiap 26 April.
Selain itu, resolusi tersebut menyerukan penyelenggaraan sidang pleno peringatan khusus pada 2026 untuk menandai 40 tahun bencana nuklir Chornobyl. Resolusi juga menekankan peran berkelanjutan badan-badan PBB, termasuk UNDP, dalam mendukung pemulihan wilayah terdampak dan penguatan keselamatan nuklir.
Delegasi Ukraina menyatakan bahwa resolusi ini penting untuk menjaga perhatian internasional terhadap dampak bencana Chornobyl yang masih dirasakan hingga kini, serta risiko tambahan yang muncul akibat konflik bersenjata di sekitar fasilitas nuklir.
Sejumlah negara yang menolak resolusi menyampaikan keberatan terhadap bahasa yang dianggap mempolitisasi isu Chornobyl dan mengaitkannya langsung dengan konflik Ukraina. Belarus sebelumnya mengajukan rancangan alternatif yang menghilangkan referensi terhadap tanggung jawab Rusia, namun usulan tersebut tidak diterima dalam proses pembahasan.
Voting tersebut dicatat sebagai bagian dari agenda tahunan Majelis Umum PBB terkait penanganan dampak bencana nuklir Chornobyl. ***



