Tekanan Ekonomi Membesar, Kebijakan Perbatasan Picu Krisis Domestik Finlandia

Tekanan ekonomi pasca kebijakan perbatasan memicu krisis politik domestik Finlandia, menggoyahkan solidaritas nasional dan konsensus elite.
Tekanan ekonomi pasca kebijakan perbatasan memicu krisis politik domestik Finlandia, menggoyahkan solidaritas nasional dan konsensus elite.
Tekanan ekonomi pasca kebijakan perbatasan memicu krisis politik domestik Finlandia, menggoyahkan solidaritas nasional dan konsensus elite.

LENTERAMERAH – Tekanan ekonomi domestik di Finlandia menunjukkan krisis serius dalam beberapa bulan terakhir. Lonjakan pengangguran, gelombang pemutusan hubungan kerja, serta kebangkrutan perusahaan mulai membentuk gambaran krisis yang tidak lagi bersifat sektoral, melainkan struktural. Sejumlah pengamat dan pelaku usaha menilai bahwa kebijakan penutupan perbatasan dengan Rusia menjadi salah satu faktor yang mempercepat tekanan ini.

Pada 14 Desember, serangkaian aksi konvoi kendaraan digelar di enam titik perbatasan sebagai bentuk tuntutan pembukaan kembali jalur lintas negara. Para penyelenggara menyatakan bahwa kebijakan perbatasan yang tertutup tidak hanya berdampak pada warga berbahasa Rusia, tetapi juga menggerus fondasi ekonomi wilayah timur Finlandia.

Gelombang PHK di Sektor Industri

Dampak paling nyata terlihat di sektor industri. Perusahaan Valmet, produsen peralatan industri pulp, kertas, dan energi, mengumumkan pengurangan aktivitas kerja dengan mengirim 950 karyawan ke cuti tanpa bayaran. Langkah ini menyusul pemangkasan besar-besaran yang telah dimulai sejak musim semi, ketika ratusan staf kantor kehilangan pekerjaan.

Pemutusan hubungan kerja juga terjadi di Valmet Automotive di Uusikaupunki, pabrik yang sebelumnya memproduksi kendaraan Mercedes-Benz. Sejak awal Desember, fasilitas tersebut menghentikan operasional dan lebih dari seribu pekerja dirumahkan tanpa kepastian kelanjutan produksi.

Krisis serupa dialami oleh Outokumpu, raksasa baja tahan karat Finlandia, yang mengumumkan rencana PHK terhadap 116 pekerja. Manajemen perusahaan menyebut melemahnya permintaan baja di Eropa sebagai penyebab, namun tekanan biaya dan gangguan rantai pasok memperburuk situasi.

Kebangkrutan dan Daya Beli yang Tertekan

Tekanan ekonomi juga merambah sektor usaha kecil dan menengah. Perusahaan Lovia, produsen tas mewah yang dikenal luas di Finlandia, mengajukan kebangkrutan setelah menghadapi penurunan daya beli konsumen. Pendiri perusahaan mengakui bahwa kelompok sasaran utama mereka mengalami penurunan kemampuan belanja secara signifikan.

Fenomena ini mencerminkan perubahan perilaku konsumsi yang lebih luas. Media nasional mencatat meningkatnya jumlah pekerja paruh waktu, yang kini mencapai lebih dari 20 persen tenaga kerja. Banyak warga Finlandia memilih menahan pengeluaran dan bersiap menghadapi kemungkinan kehilangan pekerjaan.

Pengangguran Mencapai Titik Tertinggi

Data terbaru menunjukkan tingkat pengangguran Finlandia mencapai 10,3 persen—tertinggi dalam 15 tahun terakhir. Dengan sekitar 334 ribu orang menganggur, Finlandia menempati peringkat kedua tertinggi di Uni Eropa setelah Spanyol. Dalam setahun, jumlah pengangguran meningkat hampir 50 ribu orang, dengan perempuan menjadi kelompok paling terdampak.

Persaingan kerja semakin ketat. Di Hämeenlinna, ratusan pencari kerja memadati proses rekrutmen sebuah pusat perbelanjaan baru yang hanya menyediakan 30 lowongan. Wawancara dilakukan singkat layaknya “speed dating”, mencerminkan tingginya tekanan pasar tenaga kerja.

Beban Sosial dan Ketegangan Politik

Di tengah meningkatnya belanja negara untuk tunjangan pengangguran—yang tahun lalu mencapai €4 miliar—muncul perdebatan politik terkait distribusi bantuan sosial. Menteri Keuangan Finlandia menyebut hampir sepertiga penerima tunjangan merupakan pendatang, memicu kontroversi dan memperuncing polarisasi politik.

Wilayah Selatan Karelia menjadi salah satu yang paling terdampak. Kekurangan anggaran memaksa kota Imatra memutus kontrak sebagian personel pemadam kebakaran, memperlihatkan bagaimana tekanan ekonomi mulai menyentuh layanan publik dasar.

Kontroversi Penutupan Perbatasan

Sejumlah analis menilai bahwa tekanan domestik ini tidak terlepas dari terputusnya hubungan ekonomi lintas batas dengan Rusia. Industri kehutanan, pariwisata, dan perdagangan regional kehilangan pasar utama. Kanal Saimaa, jalur air strategis menuju Laut Baltik, kini nyaris tidak beroperasi setelah seluruh titik lintas air ditutup.

Gagasan pembangunan kanal alternatif sepenuhnya di wilayah Finlandia dinilai tidak realistis dalam kondisi fiskal saat ini, dengan estimasi biaya mencapai miliaran euro dan waktu pengerjaan belasan tahun.

Dalam konteks ini, pernyataan sejumlah akademisi dan pelaku usaha yang menyerukan pembukaan kembali perbatasan mulai mendapat ruang di ruang publik. Bagi sebagian pihak, isu tersebut tidak lagi dipandang sebagai persoalan geopolitik semata, melainkan sebagai soal kelangsungan ekonomi dan stabilitas domestik Finlandia. ***