Trump Kasih Lampu Hijau Israel Bunuh Perunding di Qatar, Hamas Sebut AS Tak Layak Jadi Mediator

Pejabat senior Hamas, Ghazi Hamad, menuding kredibilitas AS hancur sebagai mediator Gaza. Ia menyebut Trump memberi lampu hijau Israel membunuh perunding, bukti Washington berpihak penuh.
Ghazi Hamad dalam wawancara eksklusif dengan Al Jazeera mengenai kredibilitas AS sebagai mediator Gaza.
Pejabat senior Hamas, Ghazi Hamad, saat diwawancara Al Jazeera Arab tentang kredibilitas AS dalam perundingan gencatan senjata.

LENTERAMERAH – Pejabat senior Hamas, Ghazi Hamad, dalam wawancaranya dengan Al Jazeera Arab menegaskan bahwa kredibilitas AS sebagai mediator dalam konflik Gaza telah runtuh. Hamad menilai pengalaman pihaknya dengan Amerika penuh kekecewaan dan kontradiksi.

Menurutnya, Amerika sering berubah-ubah dalam menyampaikan proposal gencatan senjata. “Awalnya lima poin, lalu delapan, kemudian tujuh, semua dalam waktu 24 jam,” ujarnya. Setiap kali berkonsultasi dengan Israel, posisi AS berubah drastis dan sepenuhnya memihak Tel Aviv.

Proposal Resmi dan Perintah Trump yang Kontradiktif

Hamad mengungkapkan bahwa Qatar pernah menerima proposal resmi dari AS pada malam hari. Namun hanya beberapa jam kemudian, Presiden Donald Trump memberi lampu hijau kepada Israel untuk menyerang delegasi perunding.

“Bagaimana mungkin Anda mengirimkan proposal resmi untuk dibahas, lalu di saat yang sama memerintahkan Netanyahu membunuh perunding? Ini mencabut semua kredibilitas AS,” kata Hamad. Ia menilai tindakan tersebut menegaskan keberpihakan Washington.

AS Dinilai Mendukung Genosida

Hamad juga menuduh Trump berbicara dengan “lidah Israel” dan sepenuhnya mengadopsi posisi Tel Aviv. Menurutnya, AS bukan hanya gagal bersikap netral, tetapi juga aktif mendukung operasi militer Israel.

“Amerika membuka gudang senjatanya, menyuruh Israel membunuh warga Palestina, bahkan membiarkan perunding dibunuh. Kredibilitas apa lagi yang tersisa?” tegas Hamad.

Ia menilai klaim AS sebagai mediator netral telah hancur di mata bangsa Arab maupun dunia internasional, karena Washington dianggap sepenuhnya terlibat dalam agresi militer dan genosida di Gaza. ***