LENTERAMERAH – Ketegangan antara Mesir dan Israel kembali meningkat setelah Kairo dilaporkan mengerahkan sistem pertahanan udara HQ-9B buatan China di wilayah Sinai. Langkah ini langsung menuai reaksi keras dari Tel Aviv, yang menyebut tindakan Mesir melanggar perjanjian damai Israel Mesir tahun 1979, terutama klausul demiliterisasi kawasan Sinai.
Israel Tuding Pelanggaran Perjanjian Damai
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melaporkan kepada Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, bahwa Mesir telah melakukan pelanggaran besar terhadap perjanjian yang selama ini dijamin oleh Amerika Serikat. Netanyahu bahkan menyebut Mesir tengah “memiliterisasi Sinai” di luar batas ketentuan.
“Perjanjian damai Israel Mesir tidak hanya sekadar dokumen historis, tetapi merupakan fondasi stabilitas regional,” kata Netanyahu dalam pertemuan tersebut.
Rudal HQ-9B Buatan China Perkuat Mesir
Sistem HQ-9B yang dikerahkan memiliki jangkauan hingga 260 km dan mampu menangkal ancaman udara canggih seperti rudal balistik. Sistem ini dikembangkan oleh China dan menjadi simbol pergeseran strategis Mesir dari ketergantungan senjata Barat ke teknologi militer Tiongkok.
Data dari SIPRI menunjukkan bahwa ekspor senjata China ke negara-negara Arab melonjak, mencapai USD 2,9 miliar pada tahun 2023. Sementara itu, AS masih memberikan bantuan militer USD 3,8 miliar per tahun ke Israel.
AS Didesak Ambil Sikap
Israel kini mendesak AS untuk menekan Mesir agar menghentikan aktivitas militer di Sinai. Namun, dengan meningkatnya aliansi strategis Mesir dengan China dan kompleksitas geopolitik kawasan, tekanan dari Washington belum tentu efektif.
Pengamat menyebut ketegangan terbaru ini dapat menggoyang tatanan stabilitas pasca-1979 dan menguji kembali komitmen semua pihak terhadap perjanjian damai Israel Mesir. ***