Penulis : Ramadhan Isa, Presidium Forum Aktivis Indonesia (FAI) dan Fauzan Luthsa, Free Thinker
LENTERAMERAH – Ada hal yang menarik dalam peringatan Hari Tani Nasional tahun ini, yakni ketika Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (Cak Imin) membuat refleksi panjang perjalanan PKB. Tak terasa partai yang dibidani para ulama NU pasca reformasi ini sudah 27 tahun berdiri.
PKB, Hari Tani Nasional dan Otokritik Politik
Saya menyebutnya otokritik. Sebuah kemewahan yang mulai jarang dimiliki oleh para politisi kita. Sebuah nilai-nilai yang telah lama ditinggalkan oleh partai politik di Indonesia yang kecenderungan gestur politiknya semakin ke kanan dan menjauh dari rakyatnya.
Janji 5 Persen APBN untuk Infrastruktur Pertanian
PKB, partai bercorak Islam terbesar di Indonesia ini mengusulkan APBN mengalokasikan minimal 5 persen untuk infrastruktur pertanian. Usulan yang muncul pada momentum Hari Tani Nasional ini tentu akan memicu perdebatan, cibiran, bahkan nada sumbang. Namun begitulah risiko demokrasi, di mana gagasan selalu diuji publik.
Cak Imin menyebut ini merupakan bentuk permohonan maaf PKB atas kegagalan kolektif memperjuangkan petani. Ini pengakuan yang jujur, patut di apresiasi.
Namun kita sebagai masyarakat tidak boleh berhenti pada titik tersebut, karena urusan pertanian terlalu besar jika hanya diserahkan pada lembaga politik. Kita, sebagai masyarakat juga perlu mengawal agar partai yang mengakui secara jujur ini, juga turut memperjuangkan usulan ini di parlemen dan mengawal realisasinya.
Tantangan Redistribusi Lahan dan Akses Modal
Infrastruktur pertanian -irigasi, gudang, jalan desa, hingga akses digital- merupakan roh dari keamanan pangan yang menjadi perhatian utama Presiden Prabowo mengantisipasi situasi global yang semakin berbahaya dan tak pasti. Sayangnya, para perancang APBN masih menganggap infrastruktur pertanian sebagai beban subsidi, bukan investasi produktif.
Muhaimin menyebut tiga syarat kesejahteraan petani ada tiga hal, yakni redistribusi lahan, sarana produksi, dan akses permodalan. Selain persoalan laten pupuk. Disinilah perjuangan partai politik sesungguhnya, bagaimana bertarung meyakinkan partai lainnya atas urgensi masalah ini dan menjadikan program ini menjadi programatik lintas partai, bukan hanya proyek politik PKB.
Legitimasi dari Presiden dan Gerakan Tani
Meskipun Muhaimin menyebut Presiden Prabowo berpihak pada petani, pemerintah juga perlu berani melawan logika importasi yang menekan harga hasil panen, serta membatasi permainan kartel pupuk dan pangan. Sesuatu yang hilang selama satu dekade terakhir.
Legitimasi politik ini menjadi modal untuk reposisi negara atas perjuangan kesejahteraan petani dan infrastrukturnya. Inilah modal utama keamanan pangan nasional.
Momentum Hari Tani Nasional untuk Reforma Agraria
Hari Tani Nasional yang diperingati di DPP PKB kemarin menjadi peringatan bahwa isu pertanian tidak bisa lagi hanya sekadar jargon. Isu ini sudah menjadi bagian dari keamanan nasional. Dan pernyataan Muhaimin bisa dibaca sebagai langkah koreksi dan patut ditagih pubik.
Terlebih PKB memiliki basis besar di desa dan kalangan petani. Menjadi suatu harapan agar isu pertanian menjadi sentrum perjuangan politik, bukan sekadar seremoni tahunan.
Momentum ini harus dijaga agar janji alokasi 5 persen APBN tidak sekadar retorika, melainkan perjuangan implementasi kebijakan nyata yang diikuti redistribusi lahan, pembiayaan murah dan pembangunan infrastruktur yang berpihak pada petani kecil.
Saya membayangkan jika pidato Ketua Umum Gerakan Kebangkitan Petani (Gerbang Tani) Idham Arsyad yang menyebut solusi masalah pertanian adalah menjalankan Reforma Agraria sejati sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Pokok Agraria tahun 1960 dan Tap MPR No 9/2021, serta tafsir tepat atas Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang menghadirkan kemakmuran nyata bagi rakyat, khususnya petani, dijalankan.
Negeri ini tentu sudah bisa fokus pada tantangan era disrupsi lainnya, seperti perkembangan Akal Imitasi (AI) yang segera menjadi ancaman peradaban manusia bagi negara yang tidak bersiap mengatasinya. ***