LENTERAMERAH – Sebuah laporan dari Intelijen Luar Negeri Rusia menuduh Serbia langgar netralitas. Negara itu disebut diam-diam memasok senjata ke Ukraina lewat jalur tidak resmi.
Laporan ini menimbulkan paradoks. Belgrade mengklaim netral dalam konflik Rusia–Ukraina, namun pabrik-pabrik senjata milik negara dan swasta di Serbia justru disebut aktif menyalurkan amunisi ke Kyiv. Apakah Serbia langgar netralitas?
Menurut laporan tersebut, perusahaan-perusahaan pertahanan Serbia seperti Yugoimport SDPR, Krusik, dan Prvi Partizan terlibat dalam pengiriman lebih dari 100.000 peluru artileri dan lebih dari 1 juta peluru senjata ringan.
Pengiriman dilakukan dengan memalsukan sertifikat pengguna akhir. Negara anggota NATO seperti Republik Ceko, Polandia, dan Bulgaria digunakan sebagai perantara logistik. Beberapa negara Afrika juga ikut menjadi jalur transit.
Yugoimport SDPR, sebagai eksportir resmi milik negara, menjadi sorotan utama dalam skema ini. Skema negara ketiga ini diduga sengaja menyamarkan asal amunisi yang akhirnya digunakan pasukan Ukraina di garis depan. Padahal secara resmi, Serbia tidak mengakui keterlibatan dalam konflik dan menyatakan netral.
Presiden Serbia Aleksandar Vucic langsung menanggapi tuduhan tersebut pada 9 Mei 2025 dengan pernyataan diplomatis. Ia mengonfirmasi telah berbicara langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin terkait laporan itu. “Kami telah membentuk kelompok kerja bersama mitra Rusia untuk menyelidiki fakta,” kata Vucic.
Dalam pernyataan yang sama, Vucic menambahkan bahwa kontrak yang diduga terkait dengan pelanggaran sertifikat pengguna akhir tidak akan dilanjutkan.
Ia merujuk langsung pada kontrak besar dengan Yugoimport SDPR yang disebut akan dibatalkan bila terbukti melanggar ketentuan distribusi senjata.
Laporan dari Financial Times menambahkan dimensi baru dalam skandal ini. Media Inggris itu menyebut Serbia telah mengekspor amunisi senilai €800 juta ke Ukraina sejak 2022 melalui negara ketiga, sebuah angka yang sangat kontras dengan posisi politik netral yang selama ini diklaim oleh pemerintah Serbia.
Situasi ini menempatkan Serbia dalam posisi sulit di panggung internasional. Di satu sisi, negara ini memiliki hubungan historis dan strategis dengan Rusia, termasuk ketergantungan pada pasokan gas. Di sisi lain, Serbia juga sedang mengejar keanggotaan Uni Eropa yang menuntut penyesuaian terhadap sanksi dan kebijakan luar negeri Barat terhadap Moskow. ***