LENTERAMERAH – Konik geopolitik ditengah gelombang populisme salah satunya saat majalah Time menobatkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebagai Person of the Year alias Tokoh Tahun 2024.
“Karena memimpin kebangkitan yang bersejarah, karena menggerakkan penataan ulang politik yang terjadi sekali dalam satu generasi, karena membentuk kembali kepresidenan Amerika dan mengubah peran Amerika di dunia.”
Artikel Michael Sandel sebagaimana yang diuraikan dalam buku berjudul Tyranny of Merit tentang hubungan antara krisis demokrasi kontemporer dan meritokrasi, menyebutkan “krisis demokrasi” disebabkan oleh kebijakan meritokrasi yang dicanangkan oleh demokrasi liberal yang telah meminggirkan kelompok kelas menengah dan kelas pekerja.
Lebih jauh, artikel kronik geopolitik dan populisme ini menyebut pemimpin populis seperti Donald Trump berhasil memanfaatkan keluhan dan frustasi kelompok sosial dan mengekspresikannya sebagai agenda politik.
Demonstrasi “No Kings” dan Penolakan Publik
Jutaan orang di seluruh Amerika Serikat turun ke jalan dalam protes ‘No Kings’ terhadap Presiden Donald Trump. Para pengunjuk rasa berdemonstrasi di sekitar 100 lokasi di seluruh negeri pada hari ketika presiden AS mengadakan parade militer di Washington.
Pihak penyelenggara mengungkapkan minat terhadap protes meningkat, termasuk di sebuah lokasi di dekat perkebunan Mar-a-Lago milik Trump di Florida selatan.
Protes-protes tersebut sebagian besar berlangsung damai, meskipun di Los Angeles dan Portland kemudian dianggap sebagai perkumpulan yang melanggar hukum oleh penegak hukum dan ditanggapi dengan gas air mata.
Terjadi dua penembakan di pagi hari terhadap dua anggota parlemen dari Partai Demokrat di Minnesota, salah satunya terbunuh bersama suaminya, dalam apa yang disebut oleh para pejabat setempat sebagai serangan bermotif politik.
Trump mengatakan dirinya tidak merasa seperti seorang raja. “Saya harus melalui neraka untuk mendapatkan sesuatu yang disetujui,” ungkapnya.
Protes Anti-Perang dan Gaya Trump
Demo anti-Perang menggema di AS, Donald Trump dijuluki sebagai penjahat perang. Para demonstran berkumpul di Times Square di New York City, membawa spanduk antiperang yang bertuliskan, “Trump adalah Penjahat Perang” dan “Tidak Ada Perang AS-Israel terhadap Iran.”
Di Chicago, sekitar 100-125 orang muncul untuk memprotes penggunaan kekerasan. Bagi Trump perang Ukraina dan Rusia, dikatakan adalah bukan perang dia, yang dimaksud adalah perang yang dibuat oleh Biden.
Selanjutnya Perang Israel dan Iran adalah mereka seperti “dua anak kecil” yang bertengkar di halaman sekolah. Sebelumnya julukan yang sama disebut Trump bagi Zelensky dan Putin.
Diplomasi yang Ambigu
Henry Kissinger menggarisbawahi bahwa diplomasi negara Amerika bak penyakit yang sangat “berbahaya” bagi lawan, dan jika menjadi kawan adalah bisa berakibat “fatal”.
Jika memang konflik Ukraina sedemikian bahaya potensinya, mengapa sampai saat ini belum ada negara-negara Barat, termasuk AS, yang memutus hubungan diplomatiknya dengan Rusia?
Aila Lonka dalam tulisannya Why Countries Cut Ties in Peacetime, mengatakan bahwa dalam berdiplomasi, ada yang namanya ladder of disapproval atau tangga ketidak setujuan.
Ellen R. Welch dalam bukunya A Theater of Diplomacy, mengatakan bahwa sejatinya hubungan diplomasi adalah ibarat drama. Diplomasi bertindak sebagai skrip drama, sementara para diplomat adalah aktor dari script tersebut.
Noam Chomsky dalam bukunya How the World Works, mengatakan bahwa AS sebagai negara hegemon memiliki satu kekuatan yang umumnya sering dilupakan orang-orang. Menurut Chomsky, AS adalah satu-satunya negara yang saat ini mampu menciptakan, sekaligus mengatur.
Konflik Iran-Israel dan Isfahan
Iran menyerang dengan rudal tersebut sebagai tanggapan atas serangan langsung Amerika Serikat ke 3 fasilitas nuklirnya, pada Sabtu (21/6/2026) malam.
Israel dan Amerika Serikat (AS) menarget Isfahan, salah satu kota pusat nuklir di Iran. Kota tersebut juga dikenal sebagai tujuan wisata karena keindahannya sehingga dijuluki separuh dunia.
Perang 12 Hari dan Campur Tangan Trump
Donald Trump, Benjamin Netanyahu dan Khamenei mengklaim sebagai pemenang. Trump menyebutnya “Perang 12 Hari … yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun dan menghancurkan Timur Tengah”.
Trump berbicara kepada Netanyahu. “ISRAEL tidak akan menyerang Iran. Semua pesawat akan berbalik dan pulang, sambil melakukan ‘Gelombang Pesawat’ yang bersahabat ke Iran.”
Nobel Perdamaian dan Kashmir
Pemerintah Pakistan merekomendasikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebagai penerima penghargaan Nobel Perdamaian.
Pada Mei lalu, Trump mengumumkan gencatan senjata antara India dan Pakistan, setelah kedua negara bersenjata nuklir itu terlibat konflik selama empat hari. ***