LENTERAMERAH – Di atas kertas, koridor INSTC digadang sebagai game-changer perdagangan Eurasia: jalur sepanjang 7.200 km yang menghubungkan India ke Rusia melalui Iran, melewati pelabuhan strategis, jalur rel lintas negara, dan Laut Kaspia. Tapi di lapangan, ancaman koridor INSTC jauh lebih nyata dari sekadar teori geopolitik.
Lebih dari dua dekade sejak dimulai, INSTC belum benar-benar utuh. Bagian krusial seperti jalur kereta Rasht–Astara di Iran masih belum selesai, tersendat karena sanksi, pendanaan dan tekanan politik luar. Padahal, ini adalah titik penghubung utama antara pelabuhan Iran dan jalur darat menuju Azerbaijan dan Rusia.
Situasi diperburuk oleh tensi politik Iran–Azerbaijan dan kondisi domestik Iran kala itu. Terlebih dengan ditambah perang Israel – Iran saat ini. Dengan jalur yang melewati wilayah yang rentan konflik dan minim kepastian logistik, efisiensi INSTC seperti dalam simulasi tahun 2014—40% lebih cepat dari Terusan Suez—masih jauh dari kenyataan.
India memang aktif mendorong penggunaan Chabahar Port, bahkan menjalin kerja sama dengan Rusia dan negara Asia Tengah. Tapi selama bagian vital jalur belum rampung, INSTC hanya akan menjadi narasi tanpa daya dorong ekonomi riil. Sementara itu, dunia terus berubah cepat, dan jalur dagang tak menunggu negara yang terlambat menyambung relnya.
Ancaman koridor INSTC hari ini bukan hanya rudal atau blokade. Ancaman utamanya adalah kebuntuan teknis, kerumitan diplomatik, dan absennya konsistensi dari negara-negara pengusungnya.
Jika India ingin benar-benar lepas dari dominasi Suez dan membangun jalur strategis mandiri, INSTC harus dibebaskan dari sandera geopolitik. Pertanyaannya, mampukah India?***