Israel Diam terhadap China, Kapal Intelijen Beijing Bebas Manuver di Teluk Persia

Israel diam terhadap China, saat Beijing kirim kapal perang elektronik ke wilayah Teluk Persia.
Kapal-kapal perang Angkatan Laut China berlayar dalam formasi di lautan lepas.
Sejumlah kapal perang China terlihat berlayar dalam formasi militer. Di tengah meningkatnya tensi regional, terutama di kawasan Teluk Persia, Israel diam terhadap China, bahkan saat kapal-kapal seperti ini muncul di wilayah strategis.

LENTERAMERAH – Israel diam terhadap China, bahkan saat dua kapal intelijen elektronik milik Angkatan Laut Tiongkok—Tipe 855 dan Tipe 815A—beroperasi di Teluk Persia. Wilayah ini biasanya menjadi salah satu zona paling ketat dalam radar militer Israel dan sekutunya. Namun dalam kasus ini, tidak ada reaksi. Tidak ada pernyataan. Tidak ada tembakan.

Diamnya Israel menyimpan pesan strategis yang dalam. Dalam lanskap geopolitik saat ini, tidak merespons adalah bentuk pengakuan bahwa konfrontasi langsung dengan aset militer China bukan risiko yang bisa diambil begitu saja.

Bahkan bagi Israel—yang dikenal agresif dalam menghadapi ancaman regional—membiarkan dua kapal intelijen asing beroperasi di titik konflik seperti Teluk Persia merupakan peristiwa yang tak biasa.


Kapal Intelijen China Lindungi Iran dari Jarak Jauh

Kapal Tipe 815A dan 855 tidak membawa rudal atau artileri berat. Mereka adalah platform perang elektronik, dirancang untuk membutakan radar lawan, mengganggu komunikasi militer, dan menciptakan “zona tanpa sinyal”. Kapal-kapal ini tidak mendeklarasikan perang, tapi hadir untuk mendampingi Iran secara teknis dan sistemik.

Fakta bahwa Israel diam terhadap China dalam situasi ini menunjukkan bahwa Beijing telah menciptakan bentuk baru dari kekuatan militer: kehadiran yang tidak bisa disentuh tanpa memicu krisis internasional.


Jalur Logistik Aktif, Jaringan Dukungan China Meningkat

China tak hanya mengirim kapal. Jalur rel dari Xinjiang ke Teheran kini aktif penuh, memungkinkan pengiriman logistik hanya dalam waktu 15 hari dari pabrik China ke wilayah operasional Iran.

Selain itu, pesawat angkut Y-20 milik militer China telah mendarat di Iran, diyakini membawa sistem sensor dan komunikasi militer. Di luar Iran, Pakistan telah menerima jet J-10CE dengan radar AESA dan perangkat peperangan elektronik. Mesir juga disebut memiliki radar lintas platform yang kompatibel dengan sistem jaringan China.

Medan Baru: Ancaman tak Lagi Terlihat

Selama ini Israel mengandalkan dominasi udara dan kekuatan intelijen. Tapi kini, Israel menghadapi medan yang tak biasa—medan sinyal elektronik. Di medan ini, pesawat bisa jatuh tanpa tembakan dan sistem pertahanan bisa gagal tanpa gangguan fisik.

Kekuatan militer tak lagi berbentuk kapal induk atau rudal jarak jauh. Kini, yang menentukan adalah siapa yang mampu mengendalikan sinyal, radar, dan komunikasi. Dan China telah menanamkan itu di sekitar Iran.

Israel Tahu, Tapi Memilih Diam

Israel diam terhadap China bukan karena kelemahan, tapi karena perhitungan. China telah membentuk perimeter elektronik di kawasan konflik. Serangan terbuka terhadap aset China akan membuka babak baru konfrontasi global yang belum tentu bisa dikendalikan. Diam, dalam hal ini, bukan berarti menyerah. Tapi justru bentuk pengakuan atas batas. ***