LENTERAMERAH – Upaya untuk menghidupkan kembali kejayaan budaya Minahasa mulai digerakkan secara sistematis oleh komunitas dan tokoh-tokoh diaspora Minahasa, lewat Perhimpunan Minahasa Raya (PMR).
Inisiatif ini menekankan bahwa kebangkitan budaya tidak cukup lewat pelestarian simbolik, melainkan harus dibarengi dengan penguatan ekonomi, pendidikan dan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.
PMR merumuskan setidaknya enam strategi utama dalam kerangka membangun kembali kekuatan budaya Minahasa secara menyeluruh.
Ini termasuk revitalisasi bahasa lokal, pendampingan UMKM, ekowisata komunitas, dan sinergi lintas sektor dengan gereja, pemerintah daerah, serta diaspora di luar daerah.
“Budaya Minahasa bukan hanya soal tarian dan baju adat. Ini menyangkut cara berpikir, cara hidup dan kekuatan untuk bertahan dalam dunia modern,” kata Jak Tumewan, pendiri PMR, dalam pernyataannya, Sabtu (14/6).
Strategi pertama dimulai dari penguatan identitas budaya lokal, termasuk bahasa daerah seperti Tontemboan, Tombulu, Tonsea, dan Bantik.
Pelestarian seni tradisional seperti kabasaran, kolintang dan maengket juga didorong melalui festival tahunan dan pendidikan sekolah.
Langkah kedua menyasar pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan, termasuk pertanian organik khas Minahasa, revitalisasi kebun kopi dan cengkeh.
Serta ekowisata berbasis komunitas seperti Danau Tondano, Gunung Lokon dan Geopark Temboan.
Poin ketiga menekankan pentingnya pendidikan kontekstual berbasis sejarah lokal serta kaderisasi pemuda sebagai pelaku inovasi dan pelestari nilai.Sektor ekonomi lokal juga menjadi fokus.
Produk-produk khas Minahasa seperti sambal roa, bagea kenari, gula aren dan ikan asap diarahkan untuk memiliki sertifikasi dan masuk pasar digital nasional maupun internasional.
Dua elemen terakhir menyangkut sinergi antar aktor lokal—pemerintah, adat, gereja, dan diaspora—serta penciptaan narasi baru tentang Minahasa sebagai pelopor inovasi lokal berbasis nilai leluhur.
“Minahasa bukan hanya soal masa lalu. Kita sedang menyiapkan ekosistem agar anak muda Minahasa bisa memimpin perubahan dari kampungnya sendiri,” tambah Jak Tumewan.
Deklarasi resmi Perhimpunan Minahasa Raya rencananya akan dilaksanakan dalam waktu dekat di Jakarta dan akan diikuti dengan konsolidasi ke berbagai wilayah, termasuk Manado, Tomohon dan Bitung. ***