Harga Minyak Naik Tajam, Perang Iran-Israel Ancam Energi India

Kenaikan harga minyak akibat perang Iran-Israel menimbulkan risiko besar bagi negara pengimpor seperti India yang sangat bergantung pada pasokan dari Timur Tengah.
Kenaikan harga minyak dunia digambarkan dengan grafik dan tong minyak.
Visualisasi grafik kenaikan harga minyak mencerminkan dampak konflik geopolitik terhadap pasar energi global, termasuk bagi India.

LENTERAMERAH – Ketika rudal dan drone beterbangan di langit Timur Tengah, imbasnya langsung terasa di pasar global. Harga minyak melonjak tajam, mencerminkan ketakutan pasar atas potensi gangguan pasokan dari kawasan yang selama ini menjadi jantung energi dunia. Bagi India, ini lebih dari sekadar fluktuasi ekonomi—ini adalah ancaman langsung terhadap stabilitas energi nasional.

India mengimpor sekitar 60% kebutuhan minyaknya dari kawasan Teluk, termasuk Iran, Arab Saudi, dan UEA. Perang terbuka antara Iran dan Israel akan meningkatkan risiko blokade jalur pelayaran, sabotase infrastruktur energi, atau pembatasan ekspor dari negara-negara yang terdampak. Jika konflik terus meluas, lonjakan harga minyak bukan lagi kemungkinan, tapi kepastian.

Harga minyak Brent yang sempat stabil pada kisaran USD 80 per barel kini terancam menembus angka USD 100, bahkan lebih. Hal ini bisa menyeret India ke dalam pusaran inflasi, defisit neraca perdagangan, dan tekanan fiskal akibat meningkatnya subsidi energi.

Lebih dari itu, ketergantungan India pada minyak dari Timur Tengah menempatkan negara ini dalam posisi diplomatik yang sulit. Di satu sisi, India harus menjaga hubungan baik dengan Iran sebagai mitra strategis regional. Di sisi lain, India juga memiliki kerja sama pertahanan dan ekonomi penting dengan Israel dan negara-negara Teluk.

Perang Iran-Israel menjadi pengingat keras: ketahanan energi India masih rentan terhadap gejolak geopolitik global. Diversifikasi sumber energi dan jalur pasokan belum sepenuhnya mengimbangi ketergantungan yang sudah berlangsung puluhan tahun. ***