LENTERAMERAH — Revolusi Iran tahun 1979 sering dipahami sebagai ledakan kemarahan terhadap otoritarianisme dan ketimpangan sosial di bawah rezim Shah Mohammad Reza Pahlavi.
Namun akar dari pergolakan ini jauh lebih dalam, mengarah pada peristiwa kudeta CIA di Iran pada 1953 yang menggulingkan Perdana Menteri Mohammad Mossadegh.
Kudeta tersebut membuka jalan bagi kekuasaan absolut Shah, yang didukung penuh oleh Amerika Serikat. Dua dekade berikutnya, Iran berada di bawah pemerintahan represif yang melahirkan gelombang perlawanan luas dari berbagai elemen masyarakat.
Represi Politik dan Pengaruh Barat
Setelah kembali berkuasa melalui bantuan CIA dan MI6, Shah Iran menjalankan pemerintahan dengan gaya monarki absolut. Dukungan dari Washington mengalir dalam bentuk bantuan militer, ekonomi dan pelatihan bagi lembaga intelijen Iran yang kejam: SAVAK. Aparat ini dikenal luas karena praktik penyiksaan dan eksekusi terhadap lawan politik.
Modernisasi yang dijalankan lewat White Revolution justru memperlebar jurang antara elite kota dan rakyat pedesaan. Banyak kelompok sosial, termasuk kaum religius, buruh, dan mahasiswa, merasa terpinggirkan dan marah terhadap penetrasi budaya Barat.
Kemarahan Kolektif dan Bangkitnya Khomeini
Ayatollah Ruhollah Khomeini, ulama yang diasingkan sejak 1964, menjadi simbol perlawanan terhadap Shah. Pesan-pesan revolusionernya menyebar ke seluruh Iran melalui kaset dan selebaran, menggugah emosi rakyat yang muak terhadap ketidakadilan dan intervensi asing.
Khomeini menentang keras sekularisasi dan kebijakan pro-Barat Shah. Ketika unjuk rasa besar-besaran pecah pada akhir 1978, kekuatan negara gagal menahan laju revolusi. Pada Januari 1979, Shah melarikan diri dari Iran. Khomeini kembali ke Teheran pada Februari dan disambut oleh jutaan orang.
Dendam Sejarah terhadap AS dan Sandera Kedutaan
Bagi banyak orang Iran, Revolusi 1979 bukan hanya penggulingan monarki, tetapi juga pelurusan kembali sejarah. Kudeta CIA 1953 dianggap sebagai luka nasional yang belum sembuh. Ketika mahasiswa Iran menyandera Kedutaan Besar AS di Teheran pada November 1979, mereka menyebut aksi itu sebagai “balas dendam terhadap penjajahan politik.”
Sebanyak 52 diplomat Amerika ditahan selama 444 hari. Aksi tersebut membuka babak permusuhan terbuka antara Iran dan AS, yang terus memburuk hingga hari ini.
Peran Kudeta 1953 dalam Membentuk Revolusi
Kudeta terhadap Mossadegh merusak harapan terhadap demokrasi parlementer di Iran. Rezim Shah, meski modern di permukaan, justru memperdalam krisis legitimasi politik. Oposisi terhadap Shah menjelma menjadi oposisi terhadap Barat secara keseluruhan—khususnya Amerika Serikat.
Revolusi Iran 1979 tumbuh dari tanah yang telah digali oleh kudeta 1953. Dengan memulihkan kekuasaan Shah, AS secara tak langsung membunuh masa depan demokrasi Iran dan memberi ruang bagi teokrasi yang muncul di bawah kepemimpinan Khomeini. ***