Ayatollah Khomeini, Pemimpin Revolusi yang Mengubah Iran Menjadi Republik Islam

Ayatollah Khomeini menjatuhkan Shah, membentuk Republik Islam dan menetapkan ulama sebagai pemegang kuasa tertinggi lewat doktrin Velayat-e Faqih.
Ayatollah Khomeini turun dari pesawat Air France saat kembali ke Iran tahun 1979.
Ayatollah Khomeini tiba di Teheran pada 1 Februari 1979 dengan pesawat Air France, menandai berakhirnya pengasingan selama 15 tahun dan dimulainya era Republik Islam Iran.

LENTERAMERAH — Nama Ayatollah Khomeini identik dengan lahirnya Republik Islam Iran. Dari seorang ulama Syiah dalam pengasingan, ia berubah menjadi pemimpin revolusi yang menggulingkan monarki Shah Mohammad Reza Pahlavi dan membentuk sistem negara berbasis kekuasaan ulama.

Khomeini lahir tahun 1900 di Khomeyn, Iran tengah. Ia tumbuh dalam lingkungan keluarga religius dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di pusat-pusat studi Islam seperti Arak dan Qom. Kemampuannya dalam hukum Islam dan filsafat membuatnya dihormati sebagai marja’, atau otoritas hukum tertinggi dalam mazhab Syiah.

Kritik Terhadap Shah dan Awal Pengasingan Ayatollah Khomeini

Pada awal 1960-an, Ayatollah Khomeini mulai lantang mengkritik kebijakan Shah, terutama program modernisasi White Revolution yang dianggap merusak tradisi Islam dan memperkuat ketergantungan Iran pada Amerika Serikat.

Kritiknya memuncak pada 1964, ketika ia menentang pemberian kekebalan hukum bagi tentara AS di Iran. Pemerintah menanggapinya dengan mengusir Khomeini keluar negeri. Ia hidup dalam pengasingan di Turki, Irak, dan terakhir di Prancis.

Selama masa pengasingan, Ayatollah terus mengirimkan pesan politik dan keagamaan ke Iran. Melalui kaset-kaset rekaman dan jaringan pengikutnya, ia membangun basis dukungan di kalangan ulama, pelajar, dan kaum miskin kota.

Kepulangan Ayatollah Khomeini dan Lahirnya Republik Islam

Setelah Shah meninggalkan Iran pada Januari 1979, Ayatollah Khomeini kembali ke Teheran pada 1 Februari. Sambutan rakyat sangat besar. Dalam waktu singkat, kekuasaan negara dialihkan ke tangan ulama, dan melalui referendum, Iran resmi menjadi Republik Islam.

Khomeini tidak hanya mengambil posisi simbolik. Ia mengukuhkan konsep Velayat-e Faqih (kekuasaan ulama) sebagai fondasi konstitusi baru. Ia dipercaya sebagai Rahbar atau Supreme Leader pertama, posisi tertinggi dalam struktur negara, dengan wewenang melampaui presiden maupun parlemen.

Pembersihan Politik Ayatollah Khomeini dan Konfrontasi dengan Barat

Setelah revolusi, Ayatollah Khomeini memimpin proses konsolidasi kekuasaan. Kelompok-kelompok sekuler, nasionalis, dan bahkan sesama ulama yang menolak Velayat-e Faqih disingkirkan secara sistematis. Iran menjadi negara satu ideologi dengan struktur teokratis yang kuat.

Krisis sandera Kedutaan Besar AS pada November 1979 semakin memperkuat posisinya. Meski tidak secara langsung merancang aksi tersebut, Khomeini tidak mengecamnya. Aksi mahasiswa tersebut dipandang sebagai manifestasi dari semangat anti-imperialisme yang ia bangun sejak lama. ***