BRAINS Partai Demokrat, Titik Mula Modernisasi Ruang Gagasan

Di tengah dunia politik yang membosankan dan anti-meritokrasi, BRAINS Partai Demokrat berupaya hadir sebagai laboratorium kebijakan partai.
BRAINS Partai Demokrat jadi titik awal memodernisasi mesin partai, membuka ruang gagasan di tengah iklim politik Indonesia yang belum ramah terhadap pembaruan.
BRAINS Partai Demokrat jadi titik awal memodernisasi mesin partai, membuka ruang gagasan di tengah iklim politik Indonesia yang belum ramah terhadap pembaruan. (Foto: Instagram Agus Yudhoyono).

LENTERAMERAH – Di tengah stagnasi wacana dan struktur politik partai di Indonesia dingin dan alergi meritokrasi gagasan, BRAINS Partai Demokrat hadir dan mencoba sesuatu yang berbeda. 

Melalui peluncuran Badan Riset dan Inovasi Strategis, partai ini memperkenalkan format baru berupa laboratorium kebijakan yang tidak hanya menghimpun ide, tetapi juga mencoba menyuntikkan nalar strategis dalam pengambilan keputusan politik.

Tampaknya BRAINS Partai Demokrat bukan sekadar lembaga. Ia diniatkan sebagai titik awal pergeseran. Bagi Partai Demokrat, ini adalah upaya memodernisasi mesin partai yang selama ini masih mengandalkan jejaring, struktur dan simbol lama. 

Melalui lembaga think tank ini, Demokrat tampaknya ingin merespons secara serius tuntutan zaman, seperti pemilih yang makin rasional, generasi muda yang makin skeptis serta politik yang kian kompleks oleh disrupsi teknologi dan pergeseran geopolitik.


BRAINS Partai Demokrat, Ruang Gagasan Dalam Struktur yang Tidak Cair

BRAINS diposisikan sebagai think tank internal—ruang untuk mengolah gagasan, merumuskan strategi dan menyusun arah kebijakan berbasis riset. Tapi tantangan terbesar bukan pada ide-ide yang akan diproduksi, melainkan pada sejauh mana gagasan itu bisa hidup dalam struktur partai yang masih hierarkis.

Di lingkungan politik Indonesia, loyalitas dan kehendak elite sering kali lebih menentukan arah partai ketimbang argumen rasional. Dan disinilah tantangan Dr. Ahmad Khoirul Umam sebagai Kepala Badan dan Ali Affandi sebagai Sekretaris. 

Mampukah menyuguhkan gagasan yang jernih dan berkontribusi pada penentuan arah masa depan partai atau menjadi etalase intelektual?


Pelajaran dari Dua Negara, Think Tank Bukan Etalase

Di Amerika Serikat, lembaga seperti The Heritage Foundation dan Center for American Progress (CAP) menjadi pengendali gagasan dan strategi jangka panjang partai politik. Heritage pernah merancang cetak biru kebijakan untuk pemerintahan Ronald Reagan dan pernah memimpin inisiatif Project 2025. CAP menjadi tulang punggung strategi kebijakan progresif di era Obama.

Sementara di Israel, Kohelet Policy Forum menjadi bukti bahwa think tank bukan sekadar pelengkap. Lembaga ini aktif menyusun draf kebijakan dan menyuntikkan narasi ideologis ke dalam pemerintahan Netanyahu—bahkan ketika ide-idenya sangat kontroversial.

Model-model ini menunjukkan bahwa kekuatan gagasan tidak selalu lahir dari dalam struktur, tapi dari keberanian untuk berdiri di tengah dan memberi masukan sambil menantang arus.


BRAINS Partai Demokrat dan Masa Depan, Antara Simbol dan Substansi

BRAINS punya potensi menjadi lebih dari sekadar simbol. Ia bisa menjadi awal dari regenerasi intelektual partai politik di Indonesia—dengan catatan: partai bersedia memberi ruang untuk diferensiasi, bahkan perbedaan pendapat.

Modernisasi partai tak cukup dilakukan dengan memperbarui logo, slogan atau media sosial. Ia harus dimulai dari pergeseran cara berpikir. Dan BRAINS, jika dijalankan dengan konsistensi dan keberanian, bisa menjadi katalis dari transformasi itu.

BRAINS mungkin bukan jawaban dari semua urusan politik internal. Tapi ia memberi satu sinyal penting: bahwa Partai Demokrat membuka ruang bagi ide. Dan dalam politik, membuka ruang seringkali lebih sulit—dan lebih berarti—daripada sekadar mengisi posisi. ***