Peringatan 27 Tahun Reformasi, Wamenaker Noel Kumpulkan Aktivis 98

Pada peringatan 27 tahun Reformasi, Wamenaker Noel mengumpulkan aktivis 98 dan menjelaskan keberpihakannya pada rakyat pekerja.
27 Tahun Reformasi, Wamenaker Noel Kumpulkan Aktivis 98
Pada peringatan 27 tahun Reformasi, Wamenaker Noel mengumpulkan aktivis 98 dan menjelaskan keberpihakannya pada rakyat pekerja

LENTERAMERAH – Usai 27 tahun reformasi, Pemerintah melalui kementerian Sosial tengah memproses pemberian gelar pahlawan nasional kepada Soeharto yang pernah dijatuhkan rakyat pada 21 Mei 1998. 

Sebuah langkah simbolik yang menimbulkan polemik, terlebih ketika dipadukan dengan realitas politik hari ini yang menimbulkan nuansa tersendiri dalam peringatan 27 tahun Reformasi 1998.

Aktivis 98 menggelar diskusi publik bertajuk “Refleksi 27 Tahun Reformasi: Pemerintahan yang Bebas dan Bersih KKN, Mimpi atau Kenyataan?”. Acara digelar di Rumah Makan Handayani, Matraman, Jakarta Timur, Jumat (30/5), dan menghadirkan Wakil Menteri Tenaga Kerja Immanuel Ebenezer alias Noel sebagai pembicara utama.

Saat mengumpulkan aktivis 98 dalam acara tersebut, Noel membela pemerintahan Prabowo Subianto yang menurutnya menunjukkan komitmen nyata memberantas korupsi. 

Eksponen aktivis 98 ini menyebut banyak pihak yang sebelumnya tak tersentuh hukum kini mulai diproses. “Ini bukti bahwa pemerintah serius dalam perang terhadap korupsi,” katanya.

Namun di saat yang sama, ia juga mengakui tantangan besar masih membayangi, terutama di sektor ketenagakerjaan. Ia menyoroti angka pengangguran yang masih mencapai 7,2 juta orang. Menurutnya, persoalan ini tidak boleh ditutup-tutupi atau dikalahkan oleh isu-isu kosmetik.

Salah satu momen krusial yang dibahas dalam diskusi adalah insiden job fair di Kota Bekasi yang membludak dan menyebabkan kekacauan. Noel menyebut kejadian itu sebagai bentuk kurangnya koordinasi antara panitia, pemerintah daerah, dan perusahaan. Ia mendorong evaluasi menyeluruh.

Topik diskriminasi dalam perekrutan kerja juga menjadi sorotan. Noel menilai bahwa syarat-syarat seperti usia, status pernikahan, atau penampilan fisik seharusnya tidak diberlakukan kecuali di sektor-sektor khusus. “Industri bukan tempat mendiskriminasi. Ini bukan industri pelacuran yang butuh ‘good looking’,” ujarnya tajam.

Diskusi dipandu oleh Aznil Tan (Aktivis 98 – UMB) dan menghadirkan sejumlah pemantik dari kalangan kampus dan organisasi era reformasi seperti Heriyono (Ubhara), M. Ridwan (UPN Veteran), Ahmad Nasir (Universitas Assafi’iyah), Joko Priyoski (UNAS), Ucok Sky Khadafi (UNIJA), dan Hasanuddin dari Pijar Indonesia.

Sebagian peserta menilai bahwa meski reformasi telah membuka ruang demokrasi, banyak cita-cita awal yang belum tercapai. Keberhasilan transisi kekuasaan dari jalanan ke podium dibuktikan oleh Noel yang menjadi tokoh sentral gerakan dalam peringatan tersebut. ***