LENTERAMERAH – Rekaman AIPAC bocor ke pubik saat acara Congressional Summit yang digelar AIPAC pada 2025 dan memunculkan sorotan tajam atas kekuatan lobi pro-Israel di Amerika Serikat.
Dalam rekaman AIPAC bocor tersebut, suara CEO AIPAC Elliott Brandt terdengar membicarakan kedekatannya dengan sejumlah tokoh Kongres, termasuk Menterli Luar Negeri AS Marco Rubio.
Materi ini pertama kali dilaporkan oleh sejumlah media dan analis independen yang memverifikasi keasliannya.
Isi rekaman menyiratkan adanya relasi personal dan institusional yang kuat antara AIPAC dan para pengambil kebijakan di Capitol Hill.
Elliott Brandt menyebut beberapa nama dengan gaya santai namun strategis, mempertegas bagaimana AIPAC tidak sekadar hadir sebagai kelompok advokasi, melainkan sebagai aktor politik dengan pengaruh mendalam.
Pada pemilu 2024 lalu, AIPAC melalui organisasi afiliasinya dilaporkan menghabiskan lebih dari $45 juta untuk mendukung kandidat legislatif yang pro-Israel.
Dana tersebut digunakan untuk kampanye positif terhadap politisi yang sejalan dengan kepentingan mereka, serta kampanye negatif terhadap kandidat yang vokal mengkritik kebijakan Israel, terutama yang menyangkut isu Palestina dan hak asasi manusia.
Strategi AIPAC mencakup berbagai pendekatan, mulai dari pendanaan kampanye, pembentukan komite aksi politik (PAC), hingga penyelenggaraan perjalanan pejabat AS ke Israel.
Sejumlah kritikus memandang kegiatan ini sebagai bentuk tekanan politik yang dilegalkan, meski begitu, AIPAC tetap tidak diwajibkan untuk mendaftar sebagai agen asing di bawah Foreign Agents Registration Act (FARA).
Hal ini karena secara hukum organisasi ini didanai oleh warga negara AS dan tidak berada di bawah kendali langsung pemerintah Israel.
Fakta bahwa organisasi dengan agenda luar negeri yang dominan dapat memengaruhi arah kebijakan AS tanpa kewajiban transparansi penuh menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengamat kebijakan.
Rekaman audio yang bocor ini memperlihatkan bagaimana pengaruh tersebut dibangun sejak awal karier politisi, melalui relasi personal, jaring pendanaan dan afiliasi ideologis.
AIPAC sendiri telah lama menolak tuduhan sebagai agen asing, dengan dalih bahwa seluruh aktivitas mereka legal dan transparan.
Namun laporan tentang pendekatan tertutup dalam merekrut dukungan politik, serta kerahasiaan dalam struktur pendanaan mereka, kerap memicu tuntutan agar AIPAC tunduk pada aturan FARA sebagaimana lobi lain yang dianggap membawa kepentingan asing. ***